Thursday, July 9, 2009

winmax


WiMAX adalah singkatan dari Worldwide Interoperability for Microwave Access, merupakan teknologi akses nirkabel pita lebar (broadband wireless access atau disingkat BWA) yang memiliki kecepatan akses yang tinggi dengan jangkauan yang luas. WiMAX merupakan evolusi dari teknologi BWA sebelumnya dengan fitur-fitur yang lebih menarik. Disamping kecepatan data yang tinggi mampu diberikan, WiMAX juga merupakan teknologi dengan open standar. Dalam arti komunikasi perangkat WiMAX diantara beberapa vendor yang berbeda tetap dapat dilakukan (tidak proprietary). Dengan kecepatan data yang besar (sampai 70 MBps), WiMAX dapat diaplikasikan untuk koneksi broadband ‘last mile’

Sekilas Tentang WiMAX
WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access) adalah sebuah tanda sertifikasi untuk produk-produk yang lulus tes cocok dan sesuai dengan standar IEEE 802.16. WiMAX merupakan teknologi nirkabel yang menyediakan hubungan jalur lebar dalam jarak jauh. WiMAX merupakan teknologi broadband yang memiliki kecepatan akses yang tinggi dan jangkauan yang luas. WiMAX merupakan evolusi dari teknologi BWA sebelumnya dengan fitur-fitur yang lebih menarik. Disamping kecepatan data yang tinggi mampu diberikan, WiMAX juga membawa isu open standar. Dalam arti komunikasi perangkat WiMAX diantara beberapa vendor yang berbeda tetap dapat dilakukan (tidak proprietary). Dengan kecepatan data yang besar (sampai 70 MBps), WiMAX layak diaplikasikan untuk ‘last mile’ broadband connections, backhaul, dan high speed enterprise.

Yang membedakan WiMAX dengan Wi-Fi adalah standar teknis yang bergabung di dalamnya. Jika WiFi menggabungkan standar IEEE 802.11 dengan ETSI (European Telecommunications Standards Intitute) HiperLAN sebagai standar teknis yang cocok untuk keperluan WLAN, sedangkan WiMAX merupakan penggabungan antara standar IEEE 802.16 dengan standar ETSI HiperMAN.

Standar keluaran IEEE banyak digunakan secara luas di daerah asalnya, Amerika, sedangkan standar keluaran ETSI meluas penggunaannya di daerah Eropa dan sekitarnya. Untuk membuat teknologi ini dapat digunakan secara global, maka diciptakanlah WiMAX. Kedua standar yang disatukan ini merupakan standar teknis yang memiliki spesifikasi yang sangat cocok untuk menyediakan koneksi berjenis broadband lewat media wireless atau dikenal dengan BWA.

Spektrum Frekuensi WiMAX
Sebagai teknologi yang berbasis pada frekuensi, kesuksesan WiMAX sangat bergantung pada ketersediaan dan kesesuaian spektrum frekuensi. Sistem wireless mengenal dua jenis band frekuensi yaitu Licensed Band dan Unlicensed Band. Licensed band membutuhkan lisensi atau otoritas dari regulator, yang mana operator yang memperoleh licensed band diberikan hak eksklusif untuk menyelenggarakan layanan dalam suatu area tertentu. Sementara Unlicensed Band yang tidak membutuhkan lisensi dalam penggunaannya memungkinkan setiap orang menggunakan frekuensi secara bebas di semua area.

WiMAX Forum menetapkan 2 band frekuensi utama pada certication profile untuk Fixed WiMAX (band 3.5 GHz dan 5.8 GHz), sementara untuk Mobile WiMAX ditetapkan 4 band frekuensi pada system profile release-1, yaitu band 2.3 GHz, 2.5 GHz, 3.3 GHz dan 3.5 GHz.

Secara umum terdapat beberapa alternatif frekuensi untuk teknologi WiMAX sesuai dengan peta frekuensi dunia. Dari alternatif tersebut band frekuensi 3,5 GHz menjadi frekuensi mayoritas Fixed WiMAX di beberapa negara, terutama untuk negara-negara di Eropa, Canada, Timur-Tengah, Australia dan sebagian Asia. Sementara frekuensi yang mayoritas digunakan untuk Mobile WiMAX adalah 2,5 GHz.

Isu frekuensi Fixed WiMAX di band 3,3 GHz ternyata hanya muncul di negara-negara Asia. Hal ini terkait dengan penggunaan band 3,5 GHz untuk komunikasi satelit, demikian juga dengan di Indonesia. Band 3,5 GHz di Indonesia digunakan oleh satelit Telkom dan PSN untuk memberikan layanan IDR dan broadcast TV. Dengan demikian penggunaan secara bersama antara satelit dan wireless terrestrial (BWA) di frekuensi 3,5 GHz akan menimbulkan potensi interferensi terutama di sisi satelit.

Teknologi WiMAX dan Layanannya
BWA WiMAX adalah standards-based technology yang memungkinkan penyaluran akses broadband melalui penggunaan wireless sebagai komplemen wireline. WiMAX menyediakan akses last mile secara fixed, nomadic, portable dan mobile tanpa syarat LOS (NLOS) antara user dan base station. WiMAX juga merupakan sistem BWA yang memiliki kemampuan interoperabilty antar perangkat yang berbeda. WiMAX dirancang untuk dapat memberikan layanan Point to Multipoint (PMP) maupun Point to Point (PTP). Dengan kemampuan pengiriman data hingga 10 Mbps/user.

Pengembangan WiMAX berada dalam range kemampuan yang cukup lebar. Fixed WiMAX pada prinsipnya dikembangkan dari sistem WiFi, sehingga keterbatasan WiFi dapat dilengkapi melalui sistem ini, terutama dalam hal coverage/jarak, kualitas dan garansi layanan (QoS). Sementara itu Mobile WiMAX dikembangkan untuk dapat mengimbangi teknologi selular seperti GSM, CDMA 2000 maupun 3G. Keunggulan Mobile WiMAX terdapat pada konfigurasi sistem yang jauh lebih sederhana serta kemampuan pengiriman data yang lebih tinggi. Oleh karena itu sistem WiMAX sangat mungkin dan mudah diselenggarakan oleh operator baru atau pun service provider skala kecil. Namun demikian kemampuan mobility dari Mobile WiMAX masih berada dibawah kemampuan teknologi selular.

Manfaat dan Keuntungan
Banyak keuntungan yang didapatkan dari terciptanya standardisasi industri ini. Para operator telekomunikasi dapat menghemat investasi perangkat, karena kemampuan WiMAX dapat melayani pelanggannya dengan area yang lebih luas dan tingkat kompatibilitas lebih tinggi. Selain itu, pasarnya juga lebih meluas karena WiMAX dapat mengisi celah broadband yang selama ini tidak terjangkau oleh teknologi Cable dan DSL (Digital Subscriber Line).

WiMAX salah satu teknologi memudahkan mereka mendapatkan koneksi Internet yang berkualitas dan melakukan aktivitas. Sementara media wireless selama ini sudah terkenal sebagai media yang paling ekonomis dalam mendapatkan koneksi Internet. Area coverage-nya sejauh 50 km maksimal dan kemampuannya menghantarkan data dengan transfer rate yang tinggi dalam jarak jauh, sehingga memberikan kontribusi sangat besar bagi keberadaan wireless MAN dan dapat menutup semua celah broadband yang ada saat ini. Dari segi kondisi saat proses komunikasinya, teknologi WiMAX dapat melayani para subscriber, baik yang berada dalam posisi Line Of Sight (posisi perangkat-perangkat yang ingin berkomunikasi masih berada dalam jarak pandang yang lurus dan bebas dari penghalang apa pun di depannya) dengan BTS maupun yang tidak memungkinkan untuk itu (Non-Line Of Sight). Jadi di mana pun para penggunanya berada, selama masih masuk dalam area coverage sebuah BTS (Base Transceiver Stations), mereka mungkin masih dapat menikmati koneksi yang dihantarkan oleh BTS tersebut.

Selain itu, dapat melayani baik para pengguna dengan antena tetap (fixed wireless) misalnya di gedung-gedung perkantoran, rumah tinggal, toko-toko, dan sebagainya, maupun yang sering berpindah-pindah tempat atau perangkat mobile lainnya. Mereka bisa merasakan nikmatnya ber-Internet broadband lewat media ini. Sementara range spektrum frekuensi yang tergolong lebar, maka para pengguna tetap dapat terkoneksi dengan BTS selama mereka berada dalam range frekuensi operasi dari BTS.

Sistem kerja MAC-nya (Media Access Control) yang ada pada Data Link Layer adalah connection oriented, sehingga memungkinkan penggunanya melakukan komunikasi berbentuk video dan suara. Siapa yang tidak mau, ber-Internet murah, mudah, dan nyaman dengan kualitas broadband tanpa harus repot-repot. Anda tinggal memasang PCI card yang kompatibel dengan standar WiMAX, atau tinggal membeli PCMCIA (Personal Computer Memory Card International Association) yang telah mendukung komunikasi dengan WiMAX. Atau mungkin Anda tinggal membeli antena portabel dengan interface ethernet yang bisa dibawa ke mana-mana untuk mendapatkan koneksi Internet dari BTS untuk fixed wireless.

IPTV


Hari ini, televisi digital siaran multicast (bersamaan di satu waktu) menggunakan jaringan IP dapat dijalankan karena teknologi dan model bisnisnya telah menemukan format yang cukup matang. Menghadapi kompetisi ketat dari perusahaan televisi kabel, yang juga menyediakan paket triple-play (data, audio-video, dan interaktivitas), PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk akan berekspansi di penerapan IPTV di negeri ini.

Operator telekomunikasi memasuki pasar televisi digital, walau belum jelas apakah model bisnis IPTV di negeri ini bisa diterapkan seperti model yang telah dijalankan di luar negeri. Banyak analis meragukan kemampuan dan potensi pasar IPTV untuk mengembangkan sayapnya, mengingat infrastruktur Indonesia yang belum sepenuhnya terbangun. Selain itu, banyak pakar meragukan kemampuan perusahaan telekomunikasi (”telco”) berkompetisi dengan perusahaan televisi kabel (lembaga penyiaran berlangganan). Masalah lain adalah regulasi yang belum jelas bagi “pemain hibrid” seperti penyelenggara IPTV; apakah masuk domain UU 36/1999 tentang Telekomunikasi (perihal jasa telekomunikasi khusus, tapi bendera IPTV belum dikenal sama sekali), ataukah domain UU 32/2002 tentang Penyiaran (yang tidak dijelaskan di dalam pasal-pasal Lembaga Penyiaran Berlangganan yang hanyak via satelit, kabel, atau terestrial, bukan jaringan menggunakan protokol internet).

Kompleksitas dan dinamika industri telekomunikasi dan penyiaran juga terjadi sebelum fenomena IPTV muncul; yakni saat Kabelvision (sekarang bernama First Media) tampil dengan layanan sambungan internet 24 jam (dengan flat fee).

Dalam konteks ini, sebuah model bisnis yang jelas dan komprehensif kemudian menjadi mutlak dibuat oleh operator telekomunikasi seperti Telkom (brand-name: TVision, di bawah bendera PT Indonusa Telemedia, seperti halnya Telkomvision yang berbasis satelit dan kabel).

Tak ada pakem model bisnis IPTV di dunia ini, terlihat dari kajian Doherty et al (2004) yang memfokuskan pada arsitektur dan kualitas layanan (QoS atau Quality of Service), atau kajian Liu (2006) tentang prospek finansial model baru IPTV.

Konsepsi umum tentang model bisnis ini tak jelas. Terkadang orang menyebut IPTV sebagai layanan siaran atau on-demand video menggunakan IP (internet protocol) yang disalurkan (streaming) melalui dekoder atau set-top-box yang tersambung ke televisi atau PC (personal computer). Ia kemudian terangkai menjadi infrastruktur jaringan point-to-point, yang didukung teknik penyiaran video secara multicast (bersamaan di satu waktu).

Perusahaan televisi berlangganan baik via kabel ataupun satelit tidak memiliki definisi ini, karena mereka tak menggunakan jaringan berbasis IP, dan tidak memiliki arsitektur point-to-point. Televisi berbasis web juga tidak termasuk di sini, karena secara layanan, manajemen, platform, dan model pendapatan berbeda. Untuk itu, mari fokuskan ke operator teleponi seperti yang dikaji oleh Limnard & Tee (2007).

Sebagai bagian dari rantai bisnis IPTV, perusahaan teleponi telah mengembangkan layanan TV digital dengan protokol internet; yang dilakukan karena pendapatan dari teleponi konvensional menurun drastis. Dengan menaikkan citra produk mereka dapat menggabungkan (bundling) produk “lamanya” dengan paket layanan yang memang ditujukan untuk pelanggan (baik pasca-bayar ataupun sistem penagihan lain). Mereka juga menggunakan aset untuk mentransformasikan multi-jaringan yang telah mereka bangun menjadi jaringan yang efisien.
***

Diperkirakan di tahun 2010 IPTV akan lepas landas. Tahun 2025 akan ada satu standar saja untuk cara menonton TV. Itulah IPTV, Internet Protocol Television. IPTV menggunakan semacam dekoder atau set-top box yang tersambung ke broadband interface dan TV. Perangkat ini akan memilih di antara ribuan, bahkan ratusan ribu jam acara, termasuk film, olahraga, acara lama TVRI, dan Anda bisa mengunduh (download) semuanya ke hard drive dari set-top box Anda.

Di awal kelahiran IPTV, hard drive ini mampu menyimpan hingga 300 jam acara dalam satu waktu, namun kapasitas akan berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi. Selain itu, kelak kecepatan mengunduh akan semakin baik di saat koneksi broadband Anda kian prima. Kelak sebuah film berdurasi dua jam akan diunduh dalam 2 menit saja. Di saat itu, menonton film tersebut bisa dilakukan di mana saja, selama ada interface yang sesuai.

Selain kenyamanan atas fasilitas video-on-demand (VOD) ini, IPTV akan memberikan keleluasan perpustakaan acara (content) dari segala genre dan durasi, yang tak pernah diberikan oleh media manapun. Tak ada TV broadcast, kabel, satelit, atau bahkan jasa penyewaan video. Karena semuanya tersedia di internet, yang bersifat tak terbatas dan tak terhalangi, mengunduh film menjadi pengalaman yang bisa jadi membingungkan jika tak tahu apa yang Anda inginkan.

Kebanyakan platform IPTV dibagi menjadi “saluran-saluran” yang mirip dengan saluran yang ada di TV tradisional. Dalam hal ini saluran didefinisikan sebagai bagian dari layanan content provider (penyedia isi saluran). Sebagian content provider akan memberikan gratis, sebagian lain akan meminta uang berlangganan (bulanan atau tahunan), dan sebagian lain dengan sistem pay per view (bayar per lihat) saja. Jasa ini akan di-mix ‘n match sebagai paket operator IPTV.

Di antara yang sudah berjalan, ada PCCW (www.pccw.com), DAVETV (www.davenetworks.com), dan Gizmodo (www.gizmodo.co.uk) milik British Telecom, BrightCove (www.brightcove.com). Raksasa macam AT&T serta Time Warner (www.BusinessLink.tv) baru saja melakukan uji coba. Silakan klik situs mereka untuk tata cara dan model bisnis masing-masing. Daftar ini akan berkembang terus… bahkan bisa jadi sebuah operator IPTV beroperasional di sebuah desa kecil di satu daerah terpencil.
***

Dua puluh tahun ke depan, semua kehebohan TV broadcast macam RCTI, Trans TV dan lain-lain akan lewat. Nature dari IPTV adalah “Aku mau tontonan yang aku mau saja”, dan kecenderungan ini telah terlihat dari maraknya content musik yang diunduh atau dijadikan ring back tone telepon genggam. Masalahnya sekarang, segala macam jenis tayangan bisa nyelonong masuk ke telepon genggam, ataupun kelak ke layar komputer PC Anda.

Televisi satelit dan kabel masih lebih beruntung daripada TV dengan siaran terestrial. Dengan model bisnis yang lebih mendekati IPTV, TV satelit dan kabel akan memberikan kemudahan di saat koneksi internet down. Iklan? Personal, dan lebih terukur (karena identitas penontonnya jelas, ada IP number, bukan?).

Ini dari sisi permintaan, bagaimana dengan sisi penawaran?

Siapapun bisa menyuplai isi siaran bagi apapun saluran yang ada di internet. Banyaknya penawaran juga sebanding dengan banyaknya permintaan? Mungkin juga, karena itu Web 2.0 akan bergerak naik ke Web 3.0 dan menjadi ajang tukar content untuk kalangan tertentu saja. Akan ada bottleneck untuk satu “tayangan” karena sedang trend, ya seperti penggila “Laskar Pelangi”, misalnya. Namun jika kreativitas orang membuat genre apapun dalam bentuk file audio video, yakinlah bottleneck ini akan terurai dengan sendirinya.

Contohnya, peminat Laskar Pelangi hanya memasukkan kata kunci “Andrea Hirata” atau “Laskar Pelangi” saja, dan yang keluar tak hanya film Laskar Pelangi tapi juga kajian ilmiah sastra, jumpa pers penerbit dan pengarang di suatu restoran, diskusi buku terkait karya Andrea Hirata ini, klip lagu yang dibawakan Nidji hingga komentar kerabat Anda di Afrika Selatan setelah menonton film ini.

Unlimited for the unlimited.
***

(dokumen ini diterjemahkan dari www.broadbandservicesforum.org)

I N T R O D U K S I

Layanan broadband bergerak dari hanya penyedia sambungan (connectivity) menjadi penyedia layanan (services), yang kemudian dikenal dengan IPTV. Apa dan bagaimana sesungguhnya IPTV itu, di bawah ini beberapa konsep dasar IPTV.

D E F I N I S I
Sesungguhnya IPTV memiliki dua komponen:

Bagian 1: Internet Protocol (IP): menegaskan format paket dan skema alamat, karena hampir seluruh jaringan menggabungkan IP dengan protokol lebih canggih. Tergantung dari vendor, UPD (user datagram protocol) adalah protokol yang biasa dipakai. Protokol ini menghubungkan sumber data dan tujuan. IP menghubungkan informasi dan memakai informasi ini dalam sebuah sistem, tapi tak ada pranala langsung antara sumber dan penerima informasi.

Bagian 2: Television (TV): adalah medium untuk berkomunikasi yang bekerja dengan menyampaikan gambar dan suara. Semua orang tahu TV, tapi di sini lebih dikenal dengan layanan linera dan programming yang diinginkan (on demand).

Tambahkan keduanya
IP + TV = IPTV

IPTV: adalah medium untuk komunikasi gambar dan suara yang bekerja dengan dan di dalam jaringan IP.

Catatan:harus ditegaskan bahwa layanan IPTV bekerja melalui jaringan IP pribadi dan bukan jalur internet publik. Dengan jalur pribadi ini, penyedia layanan IPTV harus menjamin kualitas layanan (quality of service - QoS) untuk pelanggannya. QoS bisa berupa prioritas trafik IP kepada pelanggannya dibanding trafik IP lain (gratis). Dalam jaringan IPTV, sinyal televisi adalah layanan utama. Hasilnya, layanan TV adalah langsung, tak perlu mengunduh (download) untuk layanan isi yang linear ataupun yang diinginkan (on demand).

Model layanan IPTV memberikan isi (content) yang biasa diberikan oleh televisi terestrial (dengan jalur udara/aerial) ataupun berlangganan (dengan jalur kabel/satelit), termasuk tayangan langsung (live, real time). IPTV juga bisa memberikan layanan VOD (video on demand); selain juga layanan unik lain yang membedakannya dari pesaing (VOIP, transaksi online, dan seterusnya).

D A M P A K – I P T V
Dampak IPTV terhadap industri dapat dibedakan dalam 3 domain:

Content (isi) - teknologi IPTV memudahkan produksi isi (content) dan memudahkan akses mendapatkan isi itu (selain menjaga keamanan saat mengakses).

Convergence (konvergensi) - pemakaian jaringan IP memudahkan aplikasi tunggal untuk digunakan oleh berbagai perangkat akhir di dalam sebuah jaringan layanan.

Interactivity (interaktivitas) - pola alamiah jaringan IP yang dua arah memudahkan dialog antar-pemangku kepentingan (pelanggan, penyedia jasa isi, dan penyedia layanan).

IPTV bekerja dengan ketersediaan teknologi jaringan, untuk itu arsitektur jaringan menggunakan IPTV sangat penting. Pengantaran isi (content) mengharuskan bandwidth dan tampilan prima, tak hanya di ujung jaringan (last mile yang terdapat di jaringan akses) tapi juga di pinggir dan tengah jaringan sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

Model layanan IPTV, dan keuntungan pasarnya, adalah konsepsi baru. Namun, pengembangan termutakhir membuat pengantaran IPTV menjadi layanan yang aman, bisa diukur, dan tak memakan biaya tinggi. Pengembangan ini termasuk:

- pembangunan ethernet gigabit
- kemampuan jaringan IP untuk keamanan dan QoS
- pengembangan router IP dan switcher untuk jaringan IP
- pembuatan applikasi penengah (middleware applications) yang canggih dan dapat mengatur pengantaran video di dalam jaringan dengan lebih mudah

E L E M E N - J A R I N G A N – I P T V

Sistem IPTV dibangun dari empat elemen utama; semuanya adalah istilah generik yang biasa digunakan dalam sebuah arsitektur IPTV. Arsitektur subsistem IPTV yang unik mewajibkan setiap vendor untuk menerapkan layanan IPTV secara unik dan kompleks pula.

Bagan di atas juga mengilustrasikan jaringan IPTV dalam dua arah kerja, yang kemudian memberikan keuntungan dibanding model televisi konvensional yang satu arah. Harus dipahami juga bahwa elemen jaringan IPTV membentuk sebuah arsitektur dengan SDV (switched digital video):

Switched digital video (SDV) – panduan dalam sebuah arsitektur jaringan dari sistem distribusi TV (yang hanya menyalurkan satu kanal untuk setiap rumah tangga individu yang tersambung). Hal ini memudahkan penyedia layanan tak mendapatkan perhitungan linear optimal dari sebuah kanal. Vendor IPTV akan melihat banyak varian arsitektur SDV yang memberikan keunggulan saat menggunakan IP multicast untuk menyalurkan aliran sinyal TV (broadcast streaming). Protokol paling umum untuk mengubah kanal saat menggunakan lingkungan SDV adalah IGMP (IP Group Membership Protocol).